watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

GOYANGAN DALAM MOBIL

Minggu, 01 Agustus 2010
Seperti sudah menjadi suatu kebutuhan di hari
libur, pagi itu aku bersama Winnie menyaksikan
acara gosip di ruang keluarga. Ketika sedang
serius menonton, tiba-tiba Dewi adik bungsuku
muncul. Lalu dengan gayanya yang cuek dia ikut
duduk di antara aku dan Winnie.
“Aduuh! Sempit nih De!! Lagian ngapain sih pake
ikut-ikutan segala!?” protes Winnie karena acara
menontonnya jadi terganggu.
Tentu saja aku tertawa melihat Winnie yang
marah-marah sedangkan Dewi tidak
menghiraukannya sama sekali.
“Teh, jalan-jalan ke ITC yuk! Ibu juga mau tuh…”
ajak Dewi dengan wajah ceria.
“Boleh aja! Tapi nanti Dewi beliin Teteh baju
yah…” candaku.
“Yeeee…!! Ada juga Teteh tuh yang baru gajian
beliin Dewi!” kata Dewi sambil menjulurkan
lidahnya.
Ibu yang tanpa sengaja menyaksikan tingkah
laku anak-anak gadisnya hanya dapat tersenyum
sambil menggeleng-gelengkan kepala.
“Ya udah… Nanti biar Ibu yang beliin baju buat
Dewi deh. Sekarang pada siap-siap sana…” ujar
Ibu pada kami.
“Asyiiik!! Emang Ibu paling baik sedunia deh…!”
teriak Dewi kegirangan sambil masuk ke
kamarnya kemudian disusul oleh Winnie yang
masih terlihat malas untuk beranjak dari
duduknya.
“Teteh bangunin Amar dulu sana… Nanti takut
kesiangan jalannya…” lanjut Ibu ketika aku baru
saja hendak masuk ke dalam kamar untuk
berganti pakaian.
“Iya Bu…” jawabku dengan nada sedikit malas
namun tetap berbalik arah untuk menuju ke
kamar adik laki-lakiku.
“Tok… Tok… Tok… Maaar!! Amaaaar…!! Bangun
Maaaar…!!” aku mengetuk pintu kamar adikku
dari luar dengan cukup keras sambil
meneriakkan namanya.
Setelah cukup lama aku berusaha
membangunkan adikku namun belum juga
terdengar sahutannya dari dalam. Akhirnya aku
memutuskan untuk masuk ke dalam kamar
adikku karena pintunya juga tidak dalam keadaan
terkunci. Setibanya di dalam aku mendapati
adikku sedang tertidur dengan posisi terlentang.
Aku menggoyang-goyangkan tubuhnya, namun
tetap saja belum ada sedikitpun tanda-tanda dia
akan terbangun.
“Pasti si Amar pulang pagi lagi deh makanya
nyenyak banget tidurnya…” keluhku sambil
menghela nafas panjang.
Di saat aku terus berusaha membangunkan
adikku, tanpa sengaja aku melihat penisnya
sedang tegak berdiri di balik celananya. Tiba-tiba
saja muncul pikiran isengku untuk membuat
adikku terbangun dari tidur pulasnya. Aku
kemudian bangkit dari tepi ranjang lalu segera
menuju ke arah pintu untuk menutup serta
menguncinya.
Setelah yakin keadaan telah aman, dengan
perlahan aku menurunkan celana pendek beserta
celana dalam milik adikku. Penisnya yang
panjang dan kurus itu kini sudah keluar dari
sarangnya. Tanpa berpikir panjang lagi aku pun
mulai mengocok penisnya dengan lembut dan
perlahan.
“Eeeehmmm… Teeeeeh… Teeteeeeh…
Eeeehmmm…” di dalam tidurnya adikku
mendesah sambil menyebut-nyebut namaku
saat aku sedang menaik-turunkan penisnya.
“Amar pasti lagi ngimpiin aku yang nggak-nggak
deh…” pikirku yang sempat menyangka kalau
Amar sudah tersadar dari tidurnya.
Mendengar igauan Amar tadi malah membuatku
terangsang lalu semakin mempercepat
kocokanku pada penisnya. Akibatnya, tidak
sampai 5 menit kemudian penis miliknya
menyemprotkan sperma dalam jumlah banyak
ke tanganku bahkan hingga menetes ke paha
serta tempat tidurnya. Dengan sangat bernafsu
aku pun menjilati sperma adikku yang masih
menempel di tangan.
“Mmmmmmhhh… Enak banget rasa spermanya
Amar…” aku menggumam pelan sambil
menikmati rasa sperma adikku yang sudah
cukup lama tidak aku rasakan.
Setelah selesai aku pun kembali merapihkan
celana adikku hingga seperti keadaan semula.
Tidak berapa lama setelah itu dia pun mulai
membuka matanya. Wajah adikku terlihat sedikit
terkejut melihat kehadiranku yang sudah berada
di sebelahnya.
“Eeeh… Te-teteh… Masa barusan Amar ngimpi
disepongin sama Teteh…” kata adikku dengan
wajah tanpa dosa.
“Iiih… Dasar otak ngeres…!! Makanya kalo tidur
jangan kelamaan…! Jadi ngimpi yang nggak-
nggak tuh…!” ujarku sambil memasang wajah
pura-pura marah sekaligus menahan senyum
mendengar ucapan adikku barusan.
“Abisnya Amar udah kangen banget disepong
sama Teteh… Sampe celana Amar basah kayak
gini deh…” kata adikku sambil menunjuk ke arah
celananya.
“Udah deh Mar nggak usah bahas itu lagi…!
Mendingan Amar sekarang mandi aja sana terus
anterin belanja ke ITC yah…” kataku yang tetap
merahasiakan kejadian sebenarnya dari adikku.
“Iya deh Teh…” jawab adikku ketika aku sudah
beranjak untuk keluar dari kamarnya.
Setelah selesai bersiap-siap aku pun menuju
mobilku yang diparkir di depan rumah. Aku
mengambil duduk di sebelah adik laki-lakiku
yang bertugas menjadi supir karena seperti biasa
Ayah jarang mau ikut apabila diajak pergi ke Mal.
“Hari ini Teteh cantik banget sih…” bisik adikku
yang terus menatapku dengan pandangan
kagum walaupun saat itu aku hanya memakai
kaos putih berkerah dan celana jins ketat warna
biru.
“Huuuh…! Kakak sendiri kok digombalin juga
sih…” kataku dalam hati namun tetap saja pujian
tersebut membuat aku jadi tersipu malu.
Setelah kami semua sudah berada di dalam
mobil, akhirnya kami pun berangkat. Selama di
perjalanan pikiranku selalu menerawang
bayangan-bayangan imajinasi liar untuk
melakukan persetubuhan dengan adik laki-lakiku
seperti yang dulu sering kami lakukan.
“Aku jadi pengen bersetubuh sama Amar lagi
deh… Mungkin untuk terakhir kalinya…”
keinginanku untuk melakukan hal tersebut
semakin kuat setelah peristiwa tadi pagi.
Sebenarnya beberapa bulan lalu kami berdua
sepakat tidak akan pernah lagi melakukan
perbuatan terlarang tersebut, dikarenakan aku
dan pacarku telah merencanakan untuk
melangsungkan pernikahan kami tahun ini.
Walaupun aku masih teringat akan janji kami itu,
namun tetap saja aku tidak dapat menghilangkan
pikiran tersebut, apalagi ditambah kenyataan
kalau tadi pagi aku baru saja merasakan kembali
nikmatnya sperma milik adikku.
“Lagi mikirin apa sih Teh? Kok dari tadi bengong
terus?” tanya adik laki-lakiku memecahkan
lamunanku.
“Mmmm… Nggak kok Mar… Cuma lagi kepikiran
kerjaan aja…” jawabku berbohong.
“Oh gitu? Ya udah… Tapi kalo Teteh mau cerita,
Amar mau kok ngedengerin…” sambungnya
lagi.
“Makasih ya Mar… Sekarang Amar konsen nyetir
aja sana… Nanti malah nabrak lagi…!” jawabku
sambil bercanda.
Karena tersadar kalau percakapan aku dengan
Amar tadi dapat terdengar oleh Ibu serta adik-
adik perempuanku, maka aku segera melirik ke
bangku belakang. Perasaanku sungguh lega
karena ternyata aku mendapati mereka bertiga
sedang tertidur lelap.
“Untung aja nggak ada yang dengerin obrolan
aku sama Amar barusan…” pikirku dalam hati
karena takut apabila Ibu sampai mendengar
percakapan kami tadi beliau akan menjadi sangat
kuatir.
Setelah menempuh sekitar 1 jam perjalanan kami
pun akhirnya tiba. Seperti halnya pada hari-hari
libur, di depan jalan sudah penuh dengan mobil
yang antri agar mendapatkan parkir di dalam
gedung. Karena takut membuang waktu terlalu
lama, Amar menyuruh kami semua untuk turun
di depan lobi utama, kemudian nanti dia akan
menyusul ke dalam.
“Bu… Teteh nemenin si Amar nyari parkiran dulu
yah. Kasihan dia entar nyasar lagi! Ibu, Winnie
sama Dewi duluan aja…” kataku yang melihat ini
adalah kesempatan untuk dapat berduaan saja
dengan adik laki-lakiku.
Kelihatannya mereka tidak curiga dengan
permintaanku karena alasan yang aku berikan
cukup masuk akal. Tempat ini memang lebih
sering aku datangi bersama pacarku bila
dibandingkan oleh Amar yang baru beberapa kali
saja. Akhirnya kami janjian untuk bertemu di
tempat makan karena Winnie dan Dewi sudah
kelaparan.
“Teteh baik banget sih pake nemenin Amar
segala…” kata Amar ketika sedang mencari
tempat parkir yang kosong.
“Nanti juga Amar tau kok kenapa Teteh mau
nemenin…” kataku sambil tersenyum penuh arti
yang membuat wajah adikku jadi terlihat
bingung.
Karena mendapati setiap lantai sudah terisi
penuh, maka kami terus mencari parkir hingga
ke tingkat paling atas. Ketika sampai di sana, aku
melihat kondisi pelataran parkir tersebut
sangatlah sepi, paling hanya diisi sekitar 5 mobil
saja. Mungkin karena banyak orang yang malas
untuk parkir hingga ke lantai atas, sehingga
mereka lebih memilih untuk parkir di luar
gedung saja. Namun sungguh kebetulan karena
memang suasana seperti inilah yang aku
harapkan.
“Mar, parkir di sana aja tuh…” aku menunjuk
sebuah tempat kosong yang berada di sudut
dan jauh dari mobil-mobil lainnya.
Tanpa banyak bertanya dengan segera adikku
mengarahkan mobil kami untuk menuju tempat
yang aku tunjuk tadi. Tempat tersebut ternyata
cukup gelap karena tidak terlalu terjangkau oleh
sinar matahari ataupun lampu penerangan,
dikarenakan letaknya yang sedikit tersembunyi.
“Mar… Teteh jujur aja kalo sebenarnya Teteh
masih sering kepikiran tentang kita…” kataku
setelah Amar selesai parkir dan mematikan
mesin mobil.
“Maksudnya Teteh apa sih?” tanya adikku dengan
wajah serius yang mengartikan kalau dia
memang belum mengerti apa maksud
perkataanku.
“Eeemm… Te-teteh pengen gituan lagi sama
Amar…” jawabku terus terang.
“E-eh… Te-teteh serius nih?” adikku bertanya lagi
namun kali ini dengan sedikit gugup.
Pertanyaan adikku tadi hanya aku jawab dengan
anggukan lalu secara perlahan-lahan aku mulai
mendekatkan wajahku ke arahnya. Aku dapat
merasakan hembusan nafas adikku yang
memburu di wajahku. Kemudian aku lingkarkan
tanganku pada lehernya dan bibir kami mulai
saling bertemu. Aku mengeluarkan lidah
menjilati bibirnya, adikku juga ikut mengeluarkan
lidahnya untuk membalas perbuatanku. Ciuman
kami semakin panas seiring dengan gairah yang
membara di dalam diri kami. Suara-suara
kecupan bercampur dengan erangan tertahan
ditambah oleh nafas kami yang semakin tidak
beraturan saja.
Wajah adikku kini merambat turun hingga ke
leher mulusku, kemudian dengan bibir serta
lidahnya dia mencium dan menjilat dengan
penuh nafsu. Sambil terus menciumi leherku,
tangan adikku juga mulai meremas-remas
payudaraku yang masih terbungkus pakaian
lengkap.
“Teteh harum banget deh…! Jadi tambah napsuin
aja…!!” kata Amar memuji aroma tubuhku
karena saat itu aku memang memakai minyak
wangi cukup banyak terutama di bagian leher.
“Eeeemmmhhh…” aku hanya mendesah pelan
menanggapi pujiannya.
Tidak puas dengan hanya memegang
payudaraku dari luar saja, tangan adikku mulai
menarik ujung kerah bajuku ke atas hingga
akhirnya terlepas seluruhnya. Kini bra milikku
yang berwarna pink dan perutku yang mulus
jadi terlihat. Dengan cepat kedua tangan adikku
meraih tali bra tersebut, kemudian dia membuka
kaitannya hingga kini payudaraku sudah tidak
tertutup apa-apa lagi.
Memang payudaraku tidak besar bentuknya,
namun tetap saja menantang untuk diraba dan
diremas oleh siapapun yang melihatnya.
Sementara kedua putingku yang berwarna
kecoklatan nampak nikmat untuk dikulum. Kedua
tangan adikku kini memegang masing-masing
buah dadaku. Kemudian aku pun mulai
memejamkan mata karena ingin lebih
menghayati dan menikmati rabaan dan remasan
adikku sehingga dia pun juga semakin bernafsu.
Kini adikku meremas-remas kedua payudaraku
sambil memilin kedua putingnya dengan jari-
jarinya yang panjang hingga membuatnya
semakin tegang. Tampak putingku yang
kecoklatan sudah sangat mengeras akibat ulah
adikku.
“Oooooooh… Ooooohhhh… Aaaaaaaaaah…” aku
merintih tidak karuan.
Aku tidak tahu persis berapa lama buah dadaku
menjadi bulan-bulanan adikku. Namun yang aku
sadari hanya darahku semakin berdesir ketika
adikku kini mulai menyedot-nyedot puting
payudaraku. Aku yang merasa semakin
terangsang hanya dapat menggunakan kedua
tanganku untuk mengelus-elus kepala adikku
yang sedang menghisap payudaraku. Tubuhku
bergetar hebat merasakan payudaraku dihisap
habis oleh adikku.
“Aaaaaghhh… Amaaaaar…!! Teeruuuuus…!!” aku
melenguh ketika dengan semakin rakus adikku
melumat payudaraku.
Tangan adikku ternyata tidak tinggal diam,
sambil terus melumat payudaraku tangannya
memainkan vaginaku yang masih tertutup
dengan celana jeans.
“Mar… Teteh pengen isepin penis Amar
sekarang…” aku berkata pelan sambil menatap
adikku.
Tentu saja mendengar permintaanku tanpa pikir
panjang lagi adikku langsung melucuti celananya
sendiri hingga kini terpampang jelas penisnya
sudah tegak berdiri seperti tiang bendera.
“Kok udah tegang kayak gitu aja sih Mar? Pasti
Amar udah nggak tahan ya?” tanyaku dengan
nada menggoda.
“I-iyaa Teh…! Abis udah lama banget nggak
pernah disepong sama Teteh lagi…” jawab
adikku dengan wajah malu-malu.
Tanpa rasa canggung dan ragu, akupun
memegang dan mengocok perlahan penis
adikku. Nafsu birahiku sepertinya sudah
menguasai diriku sampai aku tidak sadar bahwa
sekarang kami berdua sedang melakukan hal ini
di dalam parkiran mobil yang sewaktu-waktu
bisa saja ada satpam atau orang lain datang
memergoki kami.
‘Pleeekhh… Pleeekk… Pleeekkk…’ terdengar suara
kocokan tanganku pada batang penis Amar yang
semakin menegang saja.
Denyutan batang penis adikku sungguh begitu
hebat sampai-sampai aku bisa merasakan
kedutan aliran darahnya ketika melewati rongga
urat-urat yang berwarna hijau kehitaman.
“Uuuuuuugghhh… Teteeeeh…!!” Amar melenguh
ketika tanganku bermain pada penisnya.
“Teeeh… Amaaar nyalain AC dulu yaaah… Jadi
panaaass nih!” kata adikku yang dahinya sudah
penuh dengan keringat.
Aku hanya mengangguk menjawab pertanyaan
adikku lalu menghentikan kocokanku terlebih
dahulu. Seperti tidak mau kehilangan waktu
sedetik pun, dengan terburu-buru adikku
memutar kunci mobil yang masih menempel
pada kontak, kemudian segera menyalakan AC.
Di saat jeda itu aku baru tersadar kalau ternyata
tubuhku juga sudah basah oleh keringat.
“Lanjutin lagi dong Teh…!! Udah nggak tahan
nih…!” pinta Amar setelah udara di dalam mobil
menjadi lebih sejuk.
Aku langsung meraih penis tersebut lalu berkata
“Amar udah siap diisepin sama Teteh kan?”
Tanpa perlu menunggu jawaban dari adikku
terlebih dahulu, aku pun langsung membuka
mulutku lebar-lebar lalu mulai menghisap penis
tersebut.
“Mmmmmmhh… Sluuurp…” begitulah suara
yang keluar ketika dengan cepat aku mengulum
serta memainkan lidahku pada penis Amar.
“Aggghhh…!! Iseeep teruuus Teeeeehh…!!
Iyaaaaaah… Eenaaak bangeeeeet…!!” kata adikku
yang kini mendesah dan mengerang keenakan
menikmati apa yang aku lakukan pada penisnya.
Sekilas tercium bau keringat dari penis adikku
sehingga aku harus sedikit menahan nafas.
Namun aku terus saja memasukkannya lebih
dalam ke mulutku lalu mulai memaju-
mundurkan kepalaku. Selain menghisap,
terkadang tanganku juga turut aktif mengocok
penisnya.
“Aaaaaaaaaaahh… Teteeeeh makiin jagooo ajaaaa
nyepongnyaaaaa…!!” ceracau adikku karena saat
itu aku memang mengeluarkan semua teknik
oralku.
Kedua tangan adikku membelai rambutku
dengan lembut selagi aku terus berusaha
membuat penisnya semakin menegang. Sesekali
aku menatap nakal pada adikku, agar dia
semakin terangsang. Tidak lama kemudian
tangan adikku mulai bergerak untuk meraba-
raba kedua payudaraku selagi aku sedang
menikmati penisnya.
“Mmmhh… Slurrrp… Mmmmhh…” tentu saja
saat ini aku tidak bisa bebas mendesah ketika
kurasakan tangan adikku semakin kencang
meremas dadaku.
“Mmmmh… Aaaaaaahh… Maaaar…!!” karena tidak
kuat lagi akhirnya aku mendesah hingga untuk
sesaat penis adikku terlepas dari kulumanku.
“Kok berhenti sih Teh? Terusin lagi dong… Enak
banget sepongannya Teteh!” dengan kurang ajar
adikku menjejalkan penisnya ke dalam mulutku.
“Mmmppph…” aku merintih tertahan lalu
melanjutkan hisapanku yang sempat tertunda.
“Oooooooh… Teteeeeeeeeh…!!” adikku mulai
menjambak rambutku dengan kencang karena
mungkin dia tidak mampu menahan kenikmatan
yang dirasakannya.
Penis adikku itu kujilat memutar, lalu kepala
penisnya kuhisap kuat-kuat dan beberapa saat
kemudian penis itu kembali kucelupkan ke dalam
kuluman mulutku. Namun karena tangan adikku
masih saja terus-terusan bermain pada kedua
payudaraku, maka beberapa kali aku melenguh
tertahan karena mulutku penuh dengan
penisnya.
Mungkin karena adikku tidak mau cepat-cepat
mengalami ejakulasi dia berkata ”Udah dulu
Teh…! Sekarang giliran Amar yang muasin
Teteh…” sambil mengangkat pelan kepalaku
hingga hisapanku pada penisnya terlepas.
Kemudian aku membuka celana panjang dan
menurunkan celana dalam yang juga berwarna
sama dengan bra milikku. Sehingga sekarang
terlihatlah vaginaku yang tanpa dihiasi bulu
sedikitpun. Adikku memperhatikan sejenak
kemaluanku sambil mengelus pelan bibir bagian
luarnya.
“Memek Teteh masih rapet aja…” adikku
terkagum-kagum walaupun ini bukan pertama
kalinya dia memegang vaginaku.
Lalu dengan tidak sabar jari-jari tangannya
membelai kemaluanku yang memang tampak
menggoda. Dua jarinya kemudian masuk ke
dalam dan mengelus-elus dinding vaginaku
sekaligus mencari klitorisku. Ketika menemukan
titik rangsangan itu, adikku semakin gencar
memainkan benda tersebut sehingga tubuhku
semakin tidak terkendali dan terus menggeliat-
geliat.
“Aaaaaaaaaahh…” aku mendesah-desah karena
jari adikku terus menyentuh bagian tersebut.
Walaupun AC di dalam mobil menyala cukup
dingin, namun butir-butir keringat seperti embun
semakin membanjiri wajah dan tubuhku yang
menandakan betapa terangsangnya aku. Supaya
lebih memudahkan Amar, aku kemudian
mengangkat paha sebelah kananku hingga
berada di bangku yang sedang diduduki adikku
hingga kini aku berada dalam posisi
mengangkang.
Dengan kedua jarinya, adikku membuka bibir
vaginaku sehingga udara dingin dari AC
menerpanya dan membuatku semakin
merinding. Tubuhku semakin bergetar ketika
dengan penuh nafsu Amar mulai
membenamkan wajahnya dan menjilat-jilat
vaginaku.
“Oooohhh… Amaaaaaar!! Enaaaaaaak…!!” aku
berteriak-teriak menikmati jilatan adikku.
Adikku yang sekarang sudah pasti jauh lebih
berpengalaman, memainkan lidahnya dengan
tepat pada klitorisku, sedangkan jari tengahnya
menerobos lubang vaginaku. Jendela mobil yang
dalam keadaan tertutup rapat membuat aroma
khas dari vaginaku segera menyebar di dalam
mobil yang justru membuat adikku semakin
bernafsu memainkan lidahnya.
“Eenngghh… Teruuuuus Maar…!!” aku menggeliat
merasakan lidah adikku bergerak liar
merangsang setiap titik peka pada vaginaku.
Aku sungguh menikmati permainan jilatan lidah
dari adikku hingga otot vaginaku semakin
menegang. Birahiku pun semakin memuncak
yang berakibat tubuhku mulai menggelinjang
hebat.
“Oooohhh… Amaaaar…!! Sssshh… Enaaak
bangeeet Maar…!!” desahku ketika merasakan geli
sekaligus nikmat akibat ulah adikku.
Menerima rangsangan terus-menerus seperti ini
aku merasa gelombang orgasmeku mulai
datang. Detak jantungku kini semakin cepat dan
nafasku mulai terengah-engah. Wajahku
sekarang pasti tampak sayu karena puncak
kenikmatan sudah berada di depan mata akibat
berulang kali bibir vaginaku disapu lidah serta
dihisap oleh adikku.
“Aaaaaaaaaaah… Amaaaaar…!! Teteeeeh
keluaaaaaaar…!!” aku akhirnya mengerang
panjang karena merasakan nikmat yang tidak
dapat dilukiskan dengan kata-kata.
Permainan lidah dan tangan adikku akhirnya
membuatku mencapai orgasme yang pertama.
Tubuhku mengejang dengan sangat hebat!
Tangan kiriku meremas-remas payudaraku
sendiri sedangkan tangan kananku menekan
kepala adikku agar lebih terbenam lagi di
selangkanganku. Aku merasakan vaginaku
dihisap kuat oleh adikku dan dengan rakusnya
dia melahap setiap tetes cairan yang terus
mengalir dari sana.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaah…!! U-udaaaah Maaar…!
Teteeeh udaah nggaak kuaaat lagiiii…!!” aku
memohon agar adikku menghentikan jilatan dan
hisapannya pada vaginaku.
Tanpa memperdulikan permintaanku, adikku
terus melumat kemaluanku dengan rakusnya.
Lidahnya menyapu seluruh pelosok vaginaku
dari bibirnya, klitorisnya hingga ke dinding
bagian dalamnya. Namun perbuatannya itu
memang memberikan sensasi yang luar biasa.
Aku benar-benar telah lepas kontrol dan mataku
menjadi merem-melek dibuatnya. Setelah
menyantap cairan cintaku hingga benar-benar
habis barulah adikku menghentikan hisapannya.
“Dasaaar… Heeeh… Kamuuu nakaaal Maar…!!
Heeeh… Heeeeh…” kataku dengan nafas
terengah-engah.
“Tapi Teteh suka kan?” tanya adikku yang di
pinggir mulutnya masih tampak lengket dengan
cairan kewanitaanku.
Tanpa dapat berkata apa-apa, aku
menganggukkan kepala tanda setuju sambil
tersenyum puas. Seperti tidak mau memberi
kesempatan bagiku untuk beristirahat, adikku
mencium lagi bibirku yang juga kubalas dengan
tidak kalah bernafsu. Selagi kami berciuman aku
dapat mencium aroma tajam dari cairan
vaginaku yang melekat pada mulutnya.
“Mar… Masukin penis kamu ke vagina Teteh
dong… Teteh udah nggak tahan…” aku berkata
mesra di telinganya setelah tenagaku pulih
kembali.
“Ayo Teh! Tapi biar lebih enak kita pindah ke
bangku belakang aja yah…” ajak adikku dengan
penuh semangat.
Setelah aku berpikir kalau benar juga apa yang
dikatakan oleh adikku tadi, aku pun menuruti
perintahnya untuk berpindah ke bangku
belakang lalu mengambil posisi tiduran.
Sedangkan adikku yang masih berada di
bangkunya, terlihat sedang sibuk membuka
bajunya hingga akhirnya kami berdua sudah
dalam keadaan telanjang bulat. Setelah itu adikku
ikut menyusul ke belakang.
“Jangan kasar-kasar yah Mar…” pintaku.
“Iyaaa Teh…” jawab adikku ketika sedang
berusaha memasukkan penisnya.
Adikku melebarkan kedua pahaku lalu
mengarahkan penis panjangnya di antara
vaginaku. Bibir vaginaku jadi ikut terbuka siap
untuk menyambut penis yang akan
memasukinya. Namun di luar dugaan adikku
tidak langsung mencoblos vaginaku, melainkan
sengaja dia gesek-gesekkan terlebih dahulu
kepala penisnya pada bibir luar vaginaku agar
semakin memancing birahiku.
“Masukiiiin sekaraaaaang Maaar…!!” karena sudah
tidak sabar ingin segera dicoblos aku pun meraih
batang penis milik adikku yang sudah tegang
dan keras sekali lalu membimbingnya untuk
masuk ke dalam vaginaku.
“Uuughhh… Peniiis Amaaaar enaaaak
bangeeet…!!” kataku setelah merasakan penis
adikku yang kini hampir memenuhi seluruh
rongga vaginaku.
“Memeeek Teteeeeh jugaa nikmaaat bangeeeet…
Aaaaaaaaah…!!” desah adikku.
Dengan perlahan adikku mulai menggenjot
vaginaku yang sudah mulai basah lagi. Kami
berdua sama-sama saling melampiaskan hasrat
dan nafsu yang begitu menggebu-gebu. Saat
melakukan persetubuhan aku sempat berpikir
ada untungnya juga kami parkir di lantai yang
sepi dan letaknya cukup jauh dari mobil-mobil
lain, kalau tidak tentu goyangan-goyangan dari
dalam mobil ini pasti akan mengundang
kecurigaan.
“Aaaaaaakkhh…” erangku sambil mengepalkan
tangan erat-erat saat penis adikku sudah masuk
seluruhnya ke dalam vaginaku.
Pelan-pelan adikku menarik penisnya lalu ditekan
ke dalam lagi seakan ingin menikmati dulu
gesekan-gesekan pada himpitan vaginaku yang
bergerinjal-gerinjal itu. Aku juga ikut
menggoyangkan pinggul dan memainkan otot
vaginaku mengimbangi hentakan penisnya.
Ternyata gerakanku tadi membuat sodokan
adikku semakin lama semakin kencang saja.
“Aaaauuuuuuhhh…!!” aku menjerit lebih keras
akibat hentakan keras dari penis adikku pada
lubang vaginaku.
Kuperhatikan selama adikku menyetubuhiku,
tubuhnya yang kurus terus bercucuran keringat.
Beberapa menit kemudian adikku menurunkan
tubuhnya hingga menindihku. Aku
menyambutnya dengan pelukan erat, sementara
kedua kakiku aku lingkarkan di pinggangnya.
Adikku mendekatkan mulutnya ke leherku lalu
memagutnya. Sementara di bawah sana penis
adikku semakin gencar mengaduk-aduk
vaginaku diselingi gerakan berputar. Tubuh kami
berdua sudah berlumuran keringat yang saling
bercampur.
“Aaaaaagh… Aaaaaah… Oooooh…” aku terus
merintih karena merasa akan mengalami
orgasme kembali.
“Aaaahhh… Teteeeh keluaaar lagiiii Maaaaar…!!
Oooohhhh…” aku melenguh panjang ketika aku
orgasme untuk yang kedua kalinya.
Erangan keras tadi menandai orgasme dahsyat
melandaku melebihi yang pertama tadi. Aku pun
menjerit sejadi-jadinya, tidak peduli sedang
dimana aku sekarang ini, untung mobil itu
tertutup rapat dari dalam sehingga suaraku tidak
akan terdengar sampai keluar.
“Sekarang giliran Teteh yang di atas yah…” tanpa
memberi aku waktu adikku merubah posisi kami
sehingga kini aku berada di atas tubuhnya.
Walaupun masih merasa sangat lelah akibat
mengalami dua kali orgasme, namun tanganku
tetap meraih penis Amar lalu mengarahkannya
ke vaginaku.
“Ooohh… Eenak bangeeet Mar!!” kepalaku
menengadah sambil mengeluarkan desahan
menggoda saat menurunkan tubuhku hingga
penis adikku melesak masuk ke dalam vaginaku
yang sudah basah.
“Teteeeeh… Oooooohhh… Teteeeeeeeh…” Amar
juga ikut mendesah sambil tidak henti-hentinya
meneriakkan namaku.
Kedua tangan adikku memegang sepasang
payudara milikku dan meremasinya. Sesaat
kemudian, aku sudah mulai menaik-turunkan
tubuhku di atas penis adikku. Amar melenguh
merasakan bibir vaginaku mengapit penisnya
dan dinding-dinding bergerinjal di dalamnya
menggeseki penisnya di dalam sana. Goyangan
naik-turunku semakin liar dan desahanku pun
semakin tidak karuan.
“Aaaaaaaaaaahhh…” aku sungguh menikmati
posisi tersebut dikarenakan penis adikku
menancap lebih dalam pada vaginaku.
Karena berada dalam posisi di atas, aku baru
sempat memperhatikan kalau ternyata sudah
ada beberapa mobil lain yang parkir tidak jauh
dari tempat kami sekarang. Sebenarnya ada rasa
ketakutan yang besar di dalam diriku apabila
kami berdua sampai dipergoki oleh orang lain
dalam keadaan seperti ini. Namun justru inilah
sensasi dari melakukan seks di tempat yang
berbahaya.
Aku mencondongkan badanku lebih ke depan
sehingga payudara milikku mendekati wajah
adikku, tanpa diminta dia langsung melumatnya.
Tangan adikku juga ikut meremasi bongkahan
payudaraku dan mulutnya menggigit-gigit kecil
putingnya. Aku merasakan betapa liang
kewanitaanku menjadi tidak terkendali berusaha
menghisap dan melahap alat kejantanan adikku
itu sedalam-dalamnya.
‘Clep… Clep… Clep’ suara vaginaku yang sudah
becek bergesekan dengan penis milik adikku.
Cairan pelumas vaginaku keluar sangat banyak
sehingga penis adikku semakin lancar keluar
masuk vaginaku. Dengan penuh birahi aku terus
menggenjot penis Amar. Tangan nakal adikku
meraih payudara serta pantat mungilku lalu
meremas-remasnya dengan gemas.
“Ooohh… Memeeeek Teteeeeh… Sempiiit
bangeeeeet…!! Enaknyaaaa…!!” adikku terus
memuji vaginaku.
Cukup lama aku menaik-turunkan tubuhku
dengan liar dalam posisi di atas hingga akhirnya
tubuhku dirasakan semakin mengejang.
Gelombang kenikmatan itu menyebar ke seluruh
tubuh menyebabkan tubuhku berkelejotan dan
mulutku mengeluarkan erangan panjang. Hanya
dalam waktu kurang dari 15 menit aku
menggoyangkan tubuhku di atas adikku, aku
pun mengalami orgasme untuk yang ketiga
kalinya!
“Aaaaaaaah… Teteeeeh mauuuu keluaaaaar
lagiiii… Oohhhh… Amaaaar!!” Aku melenguh
panjang meresapi kenikmatan yang melanda
tubuhku.
“Amaaaar jugaaa udaaah mau keluaaar Teeeh…!!”
teriak adikku yang akhirnya hampir mencapai
klimaks.
‘Croooot… Croooot… Croooot…’ tidak lama
kemudian akhirnya terdengar suara sperma
adikku yang mengisi penuh rahimku dalam
waktu yang sangat lama.
Sementara itu alat kejantanan adikku tetap aku
biarkan terbenam sedalam-dalamnya di liang
kewanitaanku sehingga seluruh cairan birahinya
terhisap di dalam tubuhku sampai tetes terakhir.
Aku memang sengaja berusaha menjepit
penisnya erat-erat karena tidak ingin segera
kehilangan benda tersebut dari dalam tubuhku.
Aku sungguh mengagumi keperkasaan adikku
yang mampu membuatku mencapai orgasme
hingga beberapa kali. Selanjutnya kami hanya
bisa terhempas kelelahan di jok belakang itu
dengan tubuh bugil kami yang penuh oleh
keringat. Kami berdua berpelukan mesra
menikmati sisa-sisa kenikmatan. Nafas kami
saling memburu hingga akhirnya mulai normal
lagi setelah beberapa menit beristirahat.
“Amar hebat banget sih…! Masa Teteh udah
keluar sampe tiga kali, Amar baru sekali…” pujiku
sambil mengecup mesra bibir adikku.
“Berarti nggak percuma dong Amar sering
ngentot sama cewek Amar…” katanya terus
terang.
Jujur saja ada sedikit perasaan tidak rela
mendengar kenyataan bahwa adikku sudah
pernah bersetubuh dengan wanita selain diriku.
Namun aku harus dapat belajar menerima
semua itu, karena aku pun juga tidak setia
dengannya. Tidak lama kemudian adikku kembali
melumat bibirku dengan penuh gairah. Lidah
kami saling beradu dengan sangat panas. Sambil
terus berciuman, tangan kurus adikku tidak
henti-hentinya menjelajahi seluruh tubuhku.
Sentuhan demi sentuhan adikku kembali
menaikkan birahiku.
Dengan gaya nakal aku mendorong dada adikku
hingga kini dia kembali berada dalam posisi
tiduran. Aku menaiki wajah Amar kemudian
menggeser tubuhku hingga penisnya berada di
atas mulutku, sementara itu mulut adikku juga
tepat di bawah vaginaku.
“Jilatin vagina Teteh yah Mar… Puasin Teee…
Aaaaahhh!” sebelum sempat menyelesaikan
kata-kataku lidah adikku sudah lebih dulu
menyapu bibir vaginaku.
Aku membalasnya dengan menjilati kepala penis
adikku yang sudah tampak licin dan berwarna
kehitaman. Lidahku menjilati bagian yang disunat
tersebut beserta lubang penisnya. Aksiku itu
membuat tubuh adikku menjadi bergetar dan
mulutnya mengeluarkan lenguhan nikmat.
Seiring birahiku yang naik semakin tinggi, tentu
saja aku semakin bersemangat mengoral penis
milik adikku. Aku hisap benda itu kuat-kuat
hingga pipiku sampai terlihat cekung menghisapi
penis tersebut. Tanganku yang halus juga ikut
memijati buah zakar adikku sehingga pasti
menambah kenikmatan baginya. Adikku
menyibakkan bibir vaginaku lebar-lebar,
menusuk-nusuk dengan jari-jarinya dan
menjilati setiap bagian dari vaginaku. Tentu saja
kini vaginaku semakin basah dibuatnya.
Pinggulku bergoyang dengan liar akibat ulah
adikku yang dengan sangat cekatan menjilati
vaginaku yang kini telah banjir. Adikku juga
terlihat semakin bersemangat menghisap-hisap
dan menjilati klitorisku. Adikku terus-menerus
merangsang titik-titik sensitif pada daerah
vaginaku hingga membuat tubuhku semakin
menggelinjang.
Tidak mau terus kalah dengan Amar, aku
semakin berusaha mengeluarkan kemampuan
dalam menjilat dan menyedot-nyedot penis
miliknya hingga dia merasakan kenikmatan yang
luar biasa. Sebaliknya adikku juga tetap tidak
ingin kalah dengan mengalami orgasme terlebih
dahulu. Sehingga kami berdua kini saling
berlomba merangsang satu sama lain dan
tinggal menunggu saja siapa yang tidak kuat
bertahan.
“Teteeeeh nggaaaak kuaaaaaaat lagiiiii…!!
Aaaaaaaaaaaahhhhhhh…!!” lagi-lagi akulah yang
menjadi pecundang karena sudah tidak tahan
lagi dirangsang sedemikian rupa oleh adikku.
Kali ini aku bahkan mengalami orgasme yang
sungguh luar biasa! Saat itu aku sama sekali tidak
ingat lagi dengan keadaan sekitar sehingga aku
meracau tidak karuan sambil berteriak-teriak
dengan keras. Sementara itu vaginaku masih
saja terus mengeluarkan cairan dengan sangat
banyak yang tentu saja tidak disia-siakan oleh
adikku.
Setelah adikku puas menikmati cairan vaginaku,
dengan tidak sabar dia menggerakkan pantatnya
seolah sedang melakukan penetrasi ke dalam
mulutku hingga penisnya kini sudah mencapai
rongga kerongkonganku. Adikku terus
membenamkan batang penisnya ke dalam
mulutku sambil sesekali mengaduk-aduk
tenggorokanku. Diperlakukan seperti itu aku
hanya bisa pasrah dan membiarkan adikku
berbuat sesuka hatinya.
“Aaaaaaahh… Teteeeeeh…!! Amaaar sebentaaaar
lagi keluaaaar…!!” akhirnya adikku pun sudah
tidak dapat menahan lagi kenikmatan yang
mulutku berikan kepada penisnya.
Hingga tidak berapa lama setelah itu ‘Crooott…
Crooootttt… Crooooott…’ sperma adikku yang
hangat, kental serta memiliki bau yang khas,
keluar dengan cukup banyak ke dalam mulut
mungilku.
“Ooooohh… Sedoot teruus Teeeh!! Enaaaak…
Teleeen pejuuu Amaaar semuanyaaaa…!!”
perintah adikku agar menelan seluruh sperma
yang dikeluarkan dari penisnya dengan mulutku
sampai betul-betul habis.
Setelah selesai meminum sperma adikku yang
terasa sangat nikmat di mulut, aku pun meraih
batang penisnya lalu menghirup dalam-dalam
aroma spermanya. Dengan perlahan aku
menjilati sisa sperma adikku yang masih
menempel hingga penisnya menjadi mengkilap
dan licin kembali.
“Emang paling mantep deh sepongannya
Teteh…!” kata adikku memuji pelayananku.
Setelah tenaga kami sudah terasa habis, kami
berdua hanya bisa menyenderkan tubuh di kursi
belakang. Selama kami tersandar lemas di
bangku belakang, suasana di dalam mobil
menjadi hening. Hanya terdengar suara desah
nafas dan juga suara tiupan AC mobil yang
angin dinginnya menerpa tubuh telanjang kami
berdua.
“Ternyata mimpi Amar bener-bener jadi
kenyataan…” kata adikku yang nampak
tersenyum puas.
Seperti layaknya sepasang kekasih, aku
menyandarkan kepalaku di pundak Amar sambil
memeluk badannya yang kurus. Rambut
panjangku yang kini dalam keadaan berantakan
juga dielus lembut oleh adikku. Kemudian kami
berciuman kembali sambil saling menggoda dan
bercanda menikmati saat-saat terakhir sebelum
akhirnya mulai berbenah diri.
“Aduh Mar!! Kita udah satu jam lebih nih…! Nanti
bilang apa ke Ibu?” aku berteriak kaget ketika
melihat ke arah jam tanganku.
“Tenang aja Teh! Bilang aja nyari parkirnya
susah, terus Teteh bilang aja sekalian liat-liat
baju…” jawab adikku dengan santainya.
“Iiiiih… Amar emang paling pinter deh kalo nyari
alesan…!” kataku sambil mencubit pelan pipinya.
Setelah kembali berpakaian lengkap akhirnya
kami pun segera keluar dari mobil dan menuju
ke Food Court tempat Ibu dan adik-adikku yang
lain menunggu. Ternyata alasan yang disarankan
Amar tadi benar-benar membuat mereka
percaya begitu saja.
Karena sudah merasa sangat lapar dan lelah
akibat saling melepas birahi di mobil tadi,
akhirnya aku dan Amar langsung memesan
makanan sebelum kami semua melanjutkan
perjalanan untuk berbelanja. Sungguh hari ini
menjadi belanja paling melelahkan bagiku.
Bahkan aku sempat tertidur di mobil dalam
perjalanan pulang ke rumah.
Di dalam hati kecilku, aku merasa yakin kalau
setelah kejadian ini aku dan adik laki-lakiku akan
tetap melanjutkan hubungan terlarang ini setiap
kali ada kesempatan. Bahkan tidak tertutup
kemungkinan kami melakukannya setelah aku
menikah dengan pacarku nanti.
- TAMAT -


Adult | GO HOME | Exit
1/5639
U-ON

inc Powered by Xtgem.com